RAKYATMU.COM – Kemunculan Politik identitas disebabkan kegagalan Negara menjawab kesejahteran masyarakat. Politik identitas juga bukan sesuatu yang buruk selagi masih berada dijalan yang benar.
Sebagaimana disampaikan Dosen Sosioligi Universitas Muhamamadiyah Maluku Utara, Yahya Alhaddad pada diskusi dengan tema “Politik Identitas dan Kerawanan Pemilu” baru-baru ini.
Menurut dia, politik identitas jika di framing ke diri itu, semuanya pasti mati, dalam artian bahwa mati yang kemudian dibangkitkan menjadi satu identitas.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Misalnya, Sultan Babullah itu satu identitas kematian yang dibangkitkan ulang sebagai orang Ternate, itu yang kemudian dinamakan politik identitas,” katanya.
Dia bilang, Politik identitas sangat ideologis karena dimainkan oleh kelompok-kelompok minoritas. Sebab, kelompok ini yang sering dianggap dizalimi oleh kelompok mayoritas.
“Mendorong isu-isu politik identitas sebagai khas diri untuk memperjuangkan satu kepentingan. Sebab politik identitas ada karena kegagalan kekuasan. Dimana tidak ada lagi kepercayaan terhadap Negara sehingga membangun dengan mode baru,” jelasnya.
Dia menuturkan, Indonesia sebenarnya sudah kegagalan fatal. Maraknya politik identitas karena Negara gagal untuk membangun masyarakatnya.
Kenapa politik identitas selalu diteriakan, lanjut dia, ada straf masyarakat dengan peyelenggara Pemilu. Sebenarnya, politik identitas punya gerakan yang baik untuk mencapai tujuan.
“Sebagian besar masyarakat sudah tidak lagi percaya dengan kekuasaan. Misalnya, ada orang yang membangun kelompok anti sampah untuk membersihkan Kota tanpa harus melibatkan kekuasaan. Ini yang dinamakan gerakan orang-orang kalah memprotes kekuasaan tanpa melibatkan kekuasaan,” paparnya.
Selain itu, dia menjelaskan, orang yang bertarung itu memiliki visi-misi dan narasi serta gagasan untuk melahirkan politik identitas.
Hanya saja, narasi resistance (perlawanan) kelompok terpenggirkan diakibat kegagalan narasi arus utama mengakomodir kepentingan minoritas secara politik.
“Politik identitas menghadirkan wahana mediasi penyaluran aspirasi bagi yang tertintas,” ungkapnya.
Identitas dan kuasa, menurut dia, disebabkan pertentangan kelompok antara minoritas dan mayoritas. Baik itu suku, agama, ras dan lainnya. hampir rata-rata yang memainkan politik identitas tersebut dimodali tanpa lahir dengan gagasan atau nilai positif.
“Setiap momentum Pilkada ada isu pribumi dan non-pribumi. Politik identiats kalau lahir dengan gagasan dan nilai maka pastinya tidak akan mungkin sevulgar yang dilakukan,” terangnya. (Ata)