RAKYATMU.COM – Mantan dokter umum RSD Kota Tidore Kepulauan, Maluku Utara, dr. Muhammad Fahrul angkat bicara terkait polemik yang terjadi beberapa waktu lalu. Ia membantah kabar yang menuding dirinya tidak memberikan pelayanan ke pasien rujukan dari Puskesmas Payahe, hingga mengakibatkan pasien meninggal dunia.
“Pertama-tama, izinkan saya menyampaikan bela sungkawa atas meninggalnya almarhum, semoga Allah SWT menerima seluruh amal sholehnya dan mengampuni segala khilafnya, serta keluarga yang ditinggalkan diberikan kesabaran dan ketabahan, amin,” ujar dr. Fahrul dalam keterangannya kepada rakyatmu.com, Senin (11/11/2024).
“Di banyak pemberitaan, saya disebut tidak memberikan pelayanan. Namun harus saya sampaikan, itu tidak benar adanya. Karena pada prinsipnya, seorang dokter akan memberikan pelayanan yang terbaik untuk semua pasien yang ditangani. Dalam kasus ini, pelayanan yang saya berikan bisa dibuktikan dengan rekam medis pasien. Di dalam rekam medis tertulis jelas kronologis dan penanganan apa saja yang diberikan dan tercatat di rekam medis,” tambahnya.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
dr. Fahrul menuturkan, pasien tiba di RSD Kota Tidore Kepulauan pada selasa (29/10) dini hari, dengan keadaan yang sudah mengalami perburukan dan dengan tingkat kesadaran “coma”. “Saya dan tim yang berjaga kemudian melakukan penanganan medis dan saya monitor secara berkala,” katanya.
dr. Fahrul mengaku sudah menyampaikan kondisi pasien saat tiba kepada pihak keluarga, bahwa kondisi pasien saat tiba di IGD RSD Tidore membutuhkan ruangan perawatan ICU. Namun saat itu ruangan ICU di RSD Kota Tidore Kepulauan sedang terisi penuh, sehingga perawatan dan penanganan hanya bisa dilakukan di IGD.
“Paginya sekitar pukul 08.00 WIT, saya kembali bertemu keluarga pasien dan memberikan gambaran terkait kondisi pasien yang kian memburuk. Saya sudah mengedukasi ke keluarga, bahwa pasien ini mengalami perburukan, bisa saja suatu saat pasien ini henti jantung atau henti napas, dan jika hal itu terjadi akan diberikan penanganan Resusitasi Jantung Paru (RJP)” ujarnya.
Usai kejadian itu, dr. Fahrul pun kaget ketika membaca pemberitaan yang tayang pada Rabu (30/10). Dalam pemberitaan itu, ditulis dr Muhammad Fahrul tidak melayani pasien. Bahkan dr Fahrul disebut menolak pasien dirawat di RSD Kota Tidore Kepulauan. “Saya kaget karena pemberitaan tidak sesuai fakta,” katanya.
Saat ini dr. Fahrul sedang menjalani proses sidang etik. Namun sehari setelah persoalan ini mengemuka, dr. Fahrul memilih mengundurkan diri. “Surat yang dikeluarkan oleh RSD Kota Tidore Kepulauan berisi ‘berhenti dari aktivitas pelayanan medis sambil menunggu sidang etik’ keluar pada 4 November 2024.
“Tapi di tanggal 5 November, saya mengajukan resign demi kebaikan pelayanan kesehatan bagi seluruh masyarakat di RSD Kota Tidore Kepulauan dan demi kemaslahatan masyarakat. Jadi pemberitaan yang mengatakan saya dipecat itu tidak benar dan membuat saya bingung,” katanya.
dr. Fahrul mengatakan hal seperti ini bisa saja terulang kembali pada dirinya sendiri atau teman sejawat dokter di luar sana. “Maka dari itu, saya berharap agar instansi atau tempat bekerja para dokter dapat memberikan perlindungan terhadap para dokter, terlebih jika permasalahan yang dihadapi oleh para dokter ini belum diputuskan bersalah. karena pada prinsipnya seorang dokter adalah memprioritaskan keselamatan pasien sesuai dengan sumpah dokter,” katanya.
“Kita akan melakukan pelayanan yang terbaik, fokusnya keselamatan pasien. Unsur-unsur lain itu kita belakangkan, Saya yakin dan percaya prinsip utama semua dokter itu pasti untuk keselamatan pasien. Dan kita juga bekerja sesuai dengan SOP,” tambahnya.
Selain itu, dr. Fahrul juga berharap agar insan pers untuk lebih teliti dalam menurunkan laporan jurnalistik. Para jurnalis dituntut sebisa mungkin mengedepankan cover both side. “Tentu sesuai kaidah jurnalitik,” pungkasnya. (**)
Editor : Redaksi