Anagata Aksata
(MAHASISWA)
Di tepi danau yang tenang, seorang perempuan duduk sendiri di atas perahu kayu. Rambutnya berkibar di angin sepoi-sepoi dan matanya memandang ke kejauhan. Perahu itu seperti membawa beban rahasia yang hanya dia yang tahu.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Sebagai penjelajah kesepian, perempuan itu membawa hatinya yang penuh cerita. Dia meluncur ke tengah danau seperti meluncur ke dalam kenangan masa lalu yang terukir dalam pikirannya.
Suara gemericik air dan desiran angin menjadi saksi bisu bagi perjalanannya. Dia menemukan pulau-pulau kecil yang menyimpan misteri.
Setiap pulau adalah potongan memori yang terpahat dalam hidupnya. Di antara rerimbunan pepohonan, dia menemui kenangan manis dan pahit yang membuatnya tersenyum dan terkadang meneteskan air mata.
Pada perahu kayu itu, perempuan itu merenung tentang cinta yang tumbuh dan layu seperti bunga di tepi danau. Dia melihat cermin air sebagai refleksi dari dirinya yang pernah bersinar dan meredup.
Namun, di setiap perjalanan, dia belajar bahwa kekuatan sejati terletak pada kemampuannya untuk terus melaju, tak peduli seberapa berat beban yang dia bawa.
Saat matahari terbenam, perempuan itu kembali ke tepi danau. Perahunya merapat dengan gemuruh pelan air. Meskipun perjalanannya mungkin sebatas satu hari, perahu itu membawanya ke dunia di mana kenangan dan pengalaman bergelayut dalam keseimbangan.
Seiring senja tiba, perempuan itu menepi dan menatap langit yang berubah warna. Dengan hati yang penuh rasa syukur, dia menyadari bahwa perahu kayu dan danau yang indah telah menjadi saksi bisu perjalanannya.
Dan di sana, di tepi danau yang tenang, dia merasa bebas seperti angin yang mengelus wajahnya.
Malam pun tiba, dan bintang-bintang menyinari langit. Perempuan itu tidur dengan damai di atas perahu kayunya, membawa mimpi dan cerita-cerita yang baru akan ditulis di hari-hari yang akan datang. (**)