Setelah peristiwa itu benar-benar terjadi, hidupnya kini mulai berubah. Rasa pilu itu terus datang menghantui. Hatinya menjadi remuk tak lagi terarah.
Hidupnya begitu hancur berkeping-keping. Luluh lantah terombang ambing dalam lautan duka. Rasa sakit itu berbulan-bulan tak kunjung mendapat penawarnya.
Hari-hari yang dilaluinya tak lagi bergairah, semua terasa penat. Seakan hidup menjadi tak lagi penting apabila tidak bersama sang kekasih hati.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Hubungan yang dijaga selama setahun itu sirna tanpa disangka. Tentu itu membuatnya lemah dan seakan tak punya kekuatan untuk bangkit. Sungguh hatinya begitu sakit tak terbendung lagi.
Langkah demi langkah telah ia jejaki, waktupun dilalui, tak ada bahagia sedikitpun yang bisa meramaikan dunianya selain kekasih hatinya, Alea Permana, nama kekasih yang diidamkan itu.
Hidupnya terasa hampa. Ia sangat merindukan tawa itu ketika bersama Alea. Sayangnya, semua telah hilang bagaikan berkedip mata. Karena ia hanya singgah, bukan sebaliknya untuk menetap.
Rupanya, sakit hati itu datang setelah Adil mengetahui kalau ia hanya bagian dari pelampiasan saja. Alea tak sungguh-sungguh mencintainya, ia hanya dijadikan sebagai tempat pelarian semata.
Betapa tidak, saat menjalani hubungan selama setahun, Alea sempat balikan dengan mantannya. Padahal, Adil sangat mencintai Alea melebihi apapun. Ia rela melakukan apa saja demi Alea.
Adil begitu bahagia saat bersama Alea. Sampai-sampai tak pernah terlintas wanita lain selain kekasihnya itu. Sungguh, wanita berambut ikal itu berhasil menjinakkan Adil atas nama cinta.
Kebahagiaan itu selalu dijalani dengan rasa syukur. Adil berharap Alea adalah wanita terakhir yang ia temui. Karena tak mau lagi terjatuh dalam jurang yang sama. Namun apa dikata, nasib yang berbicara.
Saat bercerita melalui telepon seluler, Adil sempat mencurigai, karena respon Alea sudah mulai berbeda dari sebelumnya. Merasa penasaran, Adil mencoba untuk bertanya. Namun jawaban itu tak ada kepastian.
“Kenapa malam ini kamu begitu berbeda, tidak seperti biasanya,” Tanya Adil pelan.
“Aku hanya lelah, karena beban kampus yang menumpuk.” Jawab Alea menutupi.
Namun seiring berjalan waktu, Adil mulai mendapat jawaban dari belenggu itu. Semuanya didengar dari mulut sahabatnya sendiri bahwa, Alea rupanya diam-diam menjalin hubungan dengan mantannya.
Mulai saat itu, Adil merasa dibuat bodoh oleh cinta. Sebab telah menjadikan Alea sebagai permaisuri di dalam kerajaan hatinya. Namun balasannya hanya segudang kemunafikan.
“Sungguh menyakitkan wahai semesta, aku dibuat tak berdaya, air mata ini tak dapat ku tahan lagi, akan ku biarkannya mengalir hingga membasahi sekujur wajahku.” Lirihnya dalam hati.
Atas masalah itu, Adil telah bersumpah pada dirinya sendiri, tidak lagi percaya terhadap cinta. Sebab cinta yang tulus dan murni hanya datang dari seorang ibu.(**)
Penulis : Galang Alfazri Teapon