Badut Pilpres 2024

- Wartawan

Kamis, 16 November 2023 - 10:54 WIT

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Rosydan Arby

(Determinan Foundation)

Peluit telah ditiupkan, ajang pesta demokrasi akan bergulir. Para pemilik kepentingan saling berdesakan menghitung segala kemungkinan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Kita telah punya calon pemimpin Bangsa 5 Tahun kedepan mulai nampak di hadapan, mulai dari Anies-Amin dengan background Intelektual-Aktivis Politik, Prabowo-Gibran, dengan background Militer-Pengusaha dan Ganjar-Mahfud dengan latar belakang Politisi-Intelektual.

Mulai hari ini, berbagai spekulasi terus dianalisis setelah pasca penetapan nomor urut. Semua daya pikir dipertaruhkan sebagai upaya memberi keyakinan dengan optimisme dari para badut.

Para Badut pilpres mulai membuat atraksinya demi menyenangkan si penyumbang untuk atraksi bagi para pemain sirkus, termasuk si badut-badut. Secara eksplisit, Kehadiran badut lekat dengan pesta ulang tahun atau perayaan bagi anak-anak. Namun, selalu ada sisi kelam badut yang membuat sosoknya yang semula komedi berubah menjadi horor. Kisah badut paling awal telah ada sejak zaman Yunani kuno hingga Romawi. Ia muncul dalam pementasan pantomim hingga sandiwara. Perannya sebagai tokoh sekunder atau karakter yang membawa parodi ke dalam cerita.

Jika kita mengaitkannya dengan pendekatan “cocoklogi” yang tidak berdasar pengetahuan, maka tentunya kita akan menemukan sebuah kesamaan, yakni kebohongan. Para Badut akan siap mengambil simpatik untuk mencari cela kecurangan serta akan tetap menghibur walaupun dibalik topeng kebohongan. Sekalipun para badut ini juga sebagai pengadil dalam pertunjukan itu.

BACA JUGA :  Satgas Pangan Taliabu Sita Produk Kadaluwarsa dan Temukan Oplos Beras Tak Layak Konsumsi

Akan tetapi, jika kita mengambil pembenaran subjektif, maka para badut ini sebenarnya hanya sebagai penghibur, bukan sebagai pemain inti dalam menghibur para penonton.

Semua telah direncanakan, Anis-Amin akan lebih fokus pada perang strategi dari tim kecil yang sederhana secara internal dan tidak berpatokan pada hasil survey pada media-media mainstream, mencari simpati terus menerus dan meyakinkan para pemilih Jawa untuk memilih mereka. Prabowo-Gibran akan lebih banyak mendengar tumpukan nasihat dari koalisi besar dan akan sedikit rumit dalam bergerak bebas, namun pada koalisi ini memang sudah bersiap secara materi pada tempuran putaran pertama hingga pada putaran kedua. Sedangkan Ganjar-Mahfud, akan lebih memperkuat jalur merah di setiap sudut ruang di Pulau Jawa, dan sedikit memakai tangan kuasa untuk mengintervensi setiap gerakan massa, dan pastinya secara material juga sudah siap.

Dimana posisi para badut? Para badut sudah terbagi pada masing-masing kandidat, mereka bisa menjadi peran sebagai intelektual politik, maupun hanya bermodal moncong untuk menyediakan perisai, ataupun yang sementara ini berselimut dalam ruang pengadil. Mereka inilah para badut yang akan mendapatkan keuntungan lebih, dibandingkan para pemilih, apalagi para pemilih yang hanya mengharapkan serangan pada akhir pertempuran.

Proses politik semacam ini memang sudah lama terjadi, bahkan jika kita melihat mazhab politik ala Nicollo Machiavelli dengan pandangan politik bebas nilai, yang menurutnya tidak ada urusannya menang kalah itu berhubungan dengan benar salah. Bahkan Machiavelli mengajarkan orang bisa berbohong untuk meraih kemenangan, karena itu bagian dari power game.

BACA JUGA :  Pemilih di Maluku Utara Tanpa KTP Bisa Gunakan Hak Pilih dengan KK

Jangan membayangkan kita akan mendapatkan Pemimpin yang sempurna ataupun ideal, jika praktik-praktik kebohongan dalam proses itu saja sudah salah. Konstitusi negara ini pun jangan pernah direndahkan dengan pelbagai kepentingan. Apalagi menghalalkan pelbagai cara dan memakan korban untuk melanggengkan kepentingan, apalagi menjadikan kekuasaan sebagai rumah besar yang didiami oleh para keluarga dan para kolega.

Para aktor-aktor politik memainkan perannya masing-masing. Sekalipun ada sebagian kecil yang menjunjung tinggi etika politik untuk mempertahankan moral demokrasi. Tapi tetap saja yang dominan adalah politik ala badut pragmatisme ini.

Masyarakat Indonesia akan terhibur dengan atraksi sirkus Pilpres hingga akhir Februari 2024. Seperti kata John F Kennedy We campign with poetry, but we govern with prosa (Kita berkampanye dengan puisi, tapi kita memerintah dengan prosa).

Mari kita bangun optimisme pada Pilpres kali ini, pertunjukan itu akan dimulai. Walaupun proses politik semacam ini sudah benar-benar busuk, tapi untuk menghargai para badut, maka datang dan saksikanlah, sekaligus berikan tawa secukupnya, agar mereka tidak kehabisan akal untuk terus memberi hiburan kebohongan di layar kaca. (**)

Berita Terkait

Dari Barta Caceres Sampai Hutan Mangoli; Ikhtiar Pesona Pulau Kecil
Tambang dan Sejuta Penderitaan
Surat Terbuka untuk DPRD Kepulauan Sula, Fraksi PDI Perjuangan
Ekstraktivisme dalam Artificial Intelligence: Hoaks atau Alarm Ekologi?
Membangun Kota Ternate, Menjaga Khasanah Kie Raha ‘26 Tahun Pemkot Ternate’
Kejahatan Politik Hendrata Thes
Arah Baru Pertarungan Politik Maluku Utara Menuju Puncak Gosale 2024
Pendidikan Politik Jadi Isu Strategis Menjaga Stabilitas Demokrasi Indonesia

Berita Terkait

Senin, 14 Juli 2025 - 15:02 WIT

Dari Barta Caceres Sampai Hutan Mangoli; Ikhtiar Pesona Pulau Kecil

Kamis, 10 Juli 2025 - 14:10 WIT

Tambang dan Sejuta Penderitaan

Kamis, 10 Juli 2025 - 09:06 WIT

Surat Terbuka untuk DPRD Kepulauan Sula, Fraksi PDI Perjuangan

Sabtu, 14 Juni 2025 - 19:09 WIT

Ekstraktivisme dalam Artificial Intelligence: Hoaks atau Alarm Ekologi?

Senin, 21 April 2025 - 09:05 WIT

Membangun Kota Ternate, Menjaga Khasanah Kie Raha ‘26 Tahun Pemkot Ternate’

Selasa, 3 Desember 2024 - 12:19 WIT

Kejahatan Politik Hendrata Thes

Rabu, 20 November 2024 - 16:42 WIT

Arah Baru Pertarungan Politik Maluku Utara Menuju Puncak Gosale 2024

Sabtu, 2 November 2024 - 13:18 WIT

Pendidikan Politik Jadi Isu Strategis Menjaga Stabilitas Demokrasi Indonesia

Berita Terbaru