Emang Buamona
Aku dan Nia telah lama bersama. Hampir empat tahun terakhir ini kebersamaan kita terbilang sangat dekat. Bahkan, kedekatan kita membuat teman-teman menjadi iri.
Aku dan Nia mampu menjadi sepasang telinga yang saling mendengar, bahkan bisa membuat sepasang mata lain yang melihat merasa insecure tentang itu.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Aku merupakan telinga kanan dan Nia merupakan telinga kiri. Kita mampu saling melengkapi. Ketika Nia pengen didengar, aku selalu ada, begitupun sebaliknya.
Kebersamaan yang kita tempuh cukup lama, sampai-sampai memiliki nama panggilan tersendiri. Tapi aku tidak menyangka, kakak Nia yang lama telah mengenalku rupanya merasa cemburu. Ia takut kasih sayang m adiknya terbagi.
Selain itu, yang paling bikin aku tidak habis pikir ialah ketika ada beberapa perempuan yang ingin dekatiin aku, mereka malah tidak berani. Katanya aku sudah mempunyai Nia.
Bahkan, kedekatan kita berdua sering dianggap hal konyol oleh beberapa teman. Katanya masa sudah dekat hampir empat tahun tapi tidak ada perasaan saling suka dan lain sebagainnya.
Lantaran tidak mampu menahan rasa penasaran, mereka lansung terang-terangan bertanya kepada aku terkait hubuganku dengan Nia. Tapi jawabanku ialah sampai sekarang aku tidak ada rasa melebihi teman sedikitpun kepadanya.
Meski memang diakui, Nia adalah wanita yang cantik dan banyak lelaki mengincarnya. Tapi kataku nggak boleh pacaran, nanti kalau sudah punya pacar bisa-bisa pertemanan kita renggang karena dilarang oleh pacarnya.
***
Berawal dari aku dan beberapa teman-teman termasuk Nia yang mau mendaftarkan diri untuk berkuliah di Universitas Muhammadiyah Maluku Utara pada tahun 2020. Saat itu kita dibimbing oleh beberapa kakak-kakak yang sudah lebih dulu menginjakkan kaki di perguruan tinggi.
Dalam proses bimbingan itu, kami dikumpulkan dalam satu kelompok dan di situlah awal mula aku dan Nia saling mengenal namun belum terlalu akrab.
Ketika satu kelompok, kita sering melakukan kegiatan bareng. Mulai dari pengurusan daftar kuliah, beasiswa hingga diskusi. Hal-hal tersebut dibuat untuk meningkatkan pengetahuan dan pengalaman. Terlebih meningkatkan keakraban di anatara kita.
Hingga suatu saat, ada satu dan lain hal yang membuat kakak-kakak harus melepaskan kita, sehingga aku ditunjuk sebagai koordinator di kelompok tersebut, dengan catatan harus membantu teman-teman menyelesaikan perkuliahan mereka.
Saat mendapat wewenang itu, tentu aku adalah sosok yang memegang peran penting dalam kelompok tersebut, hal ini yang membuat aku semakin akrab dengan Nia. Apalagi ditambah dengan kita satu kosan dan sering sholat bareng.
Akhirnya, kita telah diterima di kampus tersebut dan mulai menjalankan aktivitas sebagai mahasiswa sebagaimana mestinya. Aku dan Nia juga mengikuti organisasi yang sama.
Hal ini yang menjadi takdir tuhan untuk kita berdua semakin bertambah akrab. Ditambah lagi kita berdua juga satu fakultas, namun beda prodi, Nia Prodi Administrasi Negara sedangkan aku Prodi Ilmu Pemerintahan.
Tentu, itu membuat kita berdua berada di satu komisariat yang sama, sehingga sering ikut belajar bareng, dari hal-hal itu tentu membuat kita berdua lebih dekat dari biasanya.
Selang beberapa bulan kemudian, Nia memilih untuk tinggal di asrama kampus biar lebih dekat dengan kampus, namun tidak menjadi halangan atas pertemanan kita. Kita masih sering bertemu dan bercanda bersama.
Hingga pada tahun 2022, organisasi kita akan melakukan pergantian pengurus dan dalam proses musyawarah itu, aku terpilih sebagai ketua umum di Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
Akhirnya aku menggangkat Nia menjadi ketua bidang perempuan atau biasa disebut Immawati, dari situlah kita makin akrab dari biasanya. Aku rasa kayak senang bisa berteman denganya.
Dia merupakan sosok terbaik yang pernah aku kenal, karena saking baiknya, sampai-sampai aku tidak bisa menolak permintaanya dan lansung melakukan apa saja yang diminta, selagi aku mampu.
Kemana-mana sering bareng. Jika aku lagi susah ia selalu hadir sebagai teman dalam segala solusi permasalahanku. Selain itu, jika ada kegiatan kampus dan kalau aku ikut maka ia juga harus ikut, begitupun sebaliknya.
Aku kalau lagi sedih sering curhat ke dia atau kalau lagi sering mendapat masalah selalu dia menjadi tempat pelarian. Nia adalah teman paling berarti buat aku.
Itu yang membuat teman-teman mengira kita berdua perpacaran. Apalagi setiap story Watsaapku sering tentang Nia. Terlepas dari itu, aku tidak memiliki perasaan lebih dari seorang teman begitu juga dengannya.
Hal itu sering aku jelaskan pada teman-teman yang selalu menggap kita pacaran. Hingga ada satu ketika aku menjadi bahan pembicaraan oleh teman-temanku karena mereka berpikir aku udah punya pacar.
Karena yang selama ini mereka tau adalah aku itu tidak suka pacaran, tidak terlalu akrab dengan perempuan dan selalu jaga jarak dengan perempuan. Tapi seketika semua berubah sejak berteman dengan Nia.
Aku dan Nia sudah bagaikan sepasang organ tubuh yang saling membutuhkan. Setiap kemauannya akan aku turuti selagi mampu. Tapi ia juga sering membuatku marah. Namun, itu tidak bertahan lama karena selalu saja ada celah untuk aku memaafkan kesalahannya.
Berbeda dengannya. Setiap kemauannya harus dituruti. Jika tidak, maka bukan suasana mendung saja yang bisa turun hujan. Tapi suasana hatinya juga akan bisa menguji kesabaranku untuk bisa merayunya agar tidak marah lagi.
Entah guna-guna apa yang ia tancapkan pada diriku. Jika apa yang dia mau haruskan aku turuti. Jika tidak diindahkan, aku merasa gelisa dan seperti dihantui rasa bersalah, kendati itu hal sepeleh.
Pernah satu ketika, aku sedang marah dan tidak merespon teleponnya. Tiba-tiba ia menghubungiku melalui sms memintaku membantunya mencari kosan, namun aku tidak merespon itu, hingga ia mencoba menghubungiku berulang-ulang kali.
Namun aku merasa tidak tenang karena perbuatanku terlalu berlebihan. Rasa bersalah itu tiba-tiba hadir dengan sendirinya. Saat aku hendak menghubunginya untuk meminta maaf tiba-tiba ibunya telepon.
“Mang itu Nia mau pindah kosan, nanti tolong bantu dia cari kosan dan angkat barang-barangnya dulu yah. Terus tadi kata Nia, dia sudah hubunguni tapi tidak direspon,” kata Ibu Nia.
Aku yang takut kena marah sama ibunya, lansung berkata, ia ibu nanti Mang akan membantu Nia. Usai berbincang dengan ibunya di telepon, aku lansung menghubungi. Eh mala aku diledek olehnya.
“Mampus, emangnya enak aku laporin ke ibu, biar kamu kena marah,” ledek Nia sembari tertawa.
Aku yang saat itu merasa bersalah, cuman bisa terdiam dan setelah itu lansung meminta maaf kepadanya. Saat itulah aku merasa cuman Nia temanku yang bisa membuat aku seperti ini.
Terlepas dari itu, aku juga pernah diancam jika sampai aku punya pacar tanpa sepengetahuannya maka, perempuan tersebut akan dimarahi habis-habisan olehnya. Karena tidak terima, akupun mengatakan hal demikian kepadanya,
“Kamu juga tidak boleh punya pacar selama tidak diketahui dan direstui olehku. Satu lagi, selama aku jomblo kamu juga ikut jomblo,” ucapku.
Tapi entahlah, ia sudah mempunyai pacar atau belum, aku pun tidak tahu menahu soal itu, karena setiap ditanya, selalu jawabnya belum mempunyai pacar.
Aku merasa beruntung punya teman kayak dia, yang selalu memotivasiku ketika mau nyerah, dan bahkan ketika semua yang aku lakuin dan merasa nggak bisa, ia selalu hadir buat meyakinkan aku. (**)